Ku hanya seorang pria, yang hidup di dunia yang sumpek
Ku hanya ingin pergi jauh, rasakan dunia yang lain
Ku harap bisa ke Roma, mungkin sulit kurasakan itu
Ku tanya kapan dibuka jalan menuju Roma
‘Entahlah’ jawabnya
Hariku, silih berganti
Jalan yang ku lalui mungkin telah berubah
Malam ku, mungkin semakin panjang
Jelang fajar yang telah kunanti
Sendiri, ku menanti fajar
yang terang itu
Biarlah rentang waktu yang berdetak,
alirkan arus yang kian deras, ku ingin hanyut disana
Entahlah, teriakan Roma itu semakin keras.
Ku tersentak sejenak.
(25 September 2005)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar